Renungan Ramadan: Keutamaan Salat Subuh Dan 10 Hari Terakhir Ramadan

MASJID AGUNG, GOWAMEDIA.COM - Ceramah subuh hari ini mengingatkan tentang besarnya pahala salat subuh dan pentingnya memaksimalkan ibadah di sepuluh terakhir Ramadan.
Ustad Zainal Zainuddin yang juga imam tetap Masjid Agung Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, menyampaikan ceramahnya sesaat setelah memimpin salat subuh pada Kamis, 20 Maret 2025/20 Ramadan 1446 H.
Kita telah memasuki 10 hari terakhir Ramadan, yang disebut sebagai hari-hari pembebasan dari api neraka. Pada kesempatan ini, kita akan membahas dua hal penting yang harus kita perhatikan dalam hidup kita, yaitu keutamaan salat Subuh berjemaah dan pentingnya menjaga ketakwaan, terutama di penghujung Ramadan.
1. Keutamaan Salat Subuh Berjemaah
Rasulullah ? bersabda:
"Seandainya mereka mengetahui apa yang terkandung dalam (pahala) salat Isya dan Subuh (berjemaah), niscaya mereka akan mendatanginya walaupun dengan merangkak." (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan salat Subuh berjemaah. Kehadiran kita di masjid ini bukan hanya rutinitas, tetapi sebuah nikmat yang harus kita syukuri. Tidak semua orang mendapatkan hidayah untuk bangun di waktu Subuh dan melangkahkan kaki ke masjid. Maka, kita termasuk orang yang beruntung karena Allah masih memberikan kita kesempatan untuk meraih pahala besar.
Selain itu, Allah telah menjanjikan cahaya di hari kiamat bagi mereka yang menjaga salat Subuh berjemaah. Rasulullah ? bersabda:
"Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid (untuk salat Subuh dan Isya), bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ini adalah keutamaan besar yang harus kita kejar. Tidak hanya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga sebagai investasi akhirat yang akan menyelamatkan kita di hari kiamat.
2. Keakraban di Dunia vs. Akhirat
Dalam QS. Az-Zukhruf: 67, Allah berfirman:
"Teman-teman akrab pada hari itu menjadi musuh satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa."
Ayat ini mengingatkan kita bahwa keakraban di dunia belum tentu akan berlanjut di akhirat. Banyak hubungan di dunia yang hanya didasarkan pada kepentingan duniawi, dan hubungan seperti ini akan sirna di akhirat. Namun, persahabatan yang dilandasi keimanan akan tetap kekal.
Oleh karena itu, kita harus menjalin hubungan yang didasari ketakwaan. Salah satu tanda hubungan yang dilandasi ketakwaan adalah saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran." (QS. Al-Asr: 1-3)
Maka, jika kita benar-benar peduli dengan sahabat, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita, kita harus mengingatkan mereka untuk selalu berada di jalan Allah.
3. Ketakwaan sebagai Tujuan Puasa
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 183:
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Ayat ini menjelaskan bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk ketakwaan. Takwa adalah benteng yang melindungi kita dari keburukan dunia dan akhirat.
Allah juga berfirman dalam QS. Abasa: 34-36:
"Pada hari ketika seseorang lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya."
Di hari kiamat, hubungan keluarga tidak akan lagi menjadi jaminan keselamatan. Yang akan menyelamatkan kita adalah ketakwaan. Jika kita tidak memelihara ketakwaan, maka kita akan menyesal di hari kemudian.
4. Memanfaatkan 10 Hari Terakhir Ramadan
Rasulullah ? bersabda:
"Sesungguhnya bulan Ramadan itu awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka." (HR. Baihaqi)
Kita telah memasuki 10 hari terakhir Ramadan, waktu terbaik untuk mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka. Sayangnya, banyak orang justru mulai lalai di akhir Ramadan. Padahal, inilah kesempatan terbesar untuk meraih rahmat Allah.
Di dalam 10 hari terakhir ini, ada satu malam yang lebih baik dari 1.000 bulan, yaitu Lailatul Qadar. Allah berfirman:
"Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)
Maka, jika kita tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan memperbanyak ibadah, kita termasuk orang yang merugi. Rasulullah ? bersabda:
"Celakalah orang yang mendapati Ramadan tetapi tidak mendapatkan ampunan." (HR. Ahmad)
Jangan sampai kita termasuk golongan yang menyia-nyiakan kesempatan ini. Mari perbanyak ibadah, salat malam, membaca Al-Qur’an, dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah mengampuni dosa-dosa kita dan membebaskan kita dari siksa neraka.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk tetap istiqamah di jalan-Nya dan menjadikan kita hamba yang bertakwa. Aamiin.(*)