Renungan Ramadan: Empat Tanda Orang Celaka

SUNGGUMINASA, GOWAMEDIA.COM – Jemaah subuh hari kedua Ramadan 1446 H Masjid Agung Syekh Yusuf, Sungguminasa, Kabupaten Gowa, mendapatkan siraman rohani dari Prof. Dr. Abustani Ilyas, yang dalam ceramahnya mengajak umat untuk memaksimalkan potensi diri dan mengantisipasi hal-hal yang tidak membahagiakan dalam hidup.
Dalam tausiyahnya, Prof. Abustani menyampaikan peringatan dari Rasulullah SAW tentang empat tanda orang yang celaka. Ia mengingatkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan khilaf, namun setiap orang berbeda menyikapi dosa dan kebaikan yang telah ia lakukan.
"Tanda pertama, seseorang melupakan dosa yang pernah dilakukan, padahal di sisi Allah dosa itu masih tercatat. Manusia memang memiliki potensi untuk berbuat salah karena hawa nafsu. Lalu apakah kita sudah benar-benar bertobat?" ujarnya dalam nada tanya.
Direktur Pascasarjana UIN Alauddin ini mengingatkan, tobat tidak sekadar meminta ampun, tetapi juga harus diiringi usaha maksimal untuk tidak mengulanginya, menyesali, dan berjanji untuk benar-benar meninggalkan keburukan yang telah dilakukannya di masa datang.
Tanda berikutnya, selalu mengungkit kebaikan yang telah dilakukan. "Sering kali kita ingin orang lain tahu tentang amal baik kita. Padahal, apakah kebaikan itu otomatis sudah diterima Allah? Sementara, jika seseorang terus menyebut-nyebut kebaikannya, hal itu bisa menggerus pahalanya. Cukuplah Allah yang menjadi saksi atas amal perbuatan kita," jelas Abustani.
Tanda ketiga, melihat ke bawah dalam hal ibadah. "Jika dalam beribadah kita hanya melihat orang yang amalnya lebih sedikit, maka kita akan cepat merasa cukup dan puas. Padahal, seharusnya kita melihat mereka yang lebih banyak ibadahnya agar terus termotivasi untuk meningkatkan amal kebaikan," tegas mantan Dekan Fakultas Dakwah UIN Alauddin ini.
Terakhir, selalu melihat ke atas dalam urusan dunia. Menurutnya, kebahagiaan bukanlah tentang seberapa banyak materi yang dimiliki. Sebab materi dunia tidak akan ada batasnya sehingga manusia tidak pernah merasa puas.
"Jangan sampai kita berpikir, 'Kalau saya punya lebih banyak harta, saya pasti lebih baik.' Ingat, dunia tidak ada batasnya. Itulah sebabnya, kecintaan terhadap materi dunia harus dibatasi dengan rasa syukur," pesannya.
Di akhir ceramahnya, Prof. Abustani mengajak jemaah menjadikan Ramadan sebagai momentum memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. (*)