Renungan Ramadan: Keagungan Alqur’an Dan Peranannya Dalam Peradaban Manusia

TAMALATE, GOWAMEDIA.COM - Ceramah tarwih malam ke-18 Ramadan 1446 H bertepatan Senin, 17 Maret 2025 di Masjid Nurul Hijrah, Tamalate Perumnas, disampaikan Ustad Asri Sulaiman. Pembahasannya cukup luas, mengenai bagaimana Alquran menjelaskan kepada manusia tentang peradaban.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tidak pernah berhenti, terutama nikmat iman dan Islam. Kedua nikmat ini adalah karunia terbesar yang harus kita syukuri. Salah satu cara mensyukurinya adalah dengan memahami dan mengamalkan Alqur’an, kitab suci yang menjadi pedoman hidup kita.
Ramadan adalah bulan yang tidak dapat dipisahkan dari Alqur’an. Allah berfirman:
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa puasa Ramadan tidak sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga untuk memuliakan Alqur’an, karena pada bulan inilah kitab suci ini pertama kali diturunkan.
1. Alqur’an, Kitab Suci yang Terjaga Keasliannya
Alqur’an adalah kitab yang diyakini umat Islam sebagai wahyu Allah yang murni, tidak mengalami perubahan sedikit pun sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad ?. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alqur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)
Salah satu bukti keagungan Alqur’an adalah tantangan Allah kepada manusia untuk membuat satu surah yang setara dengan Alqur’an. Allah berfirman:
"Dan jika kamu ragu terhadap Alqur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisalnya..." (QS. Al-Baqarah: 23)
Faktanya, 14 abad telah berlalu dan tidak ada satu pun manusia yang mampu menandingi keindahan sastra dan kedalaman makna yang terdapat dalam Alqur’an. Ini membuktikan bahwa Alqur’an benar-benar wahyu ilahi, bukan karangan manusia.
2. Alqur’an Sebagai Fitrah Kehidupan Manusia
Alqur’an diturunkan sesuai dengan fitrah manusia. Salah satu contohnya adalah hukum berpuasa. Secara alami, manusia membutuhkan makanan, tetapi Islam mengajarkan puasa dengan waktu yang terbatas, tidak sepanjang hari. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak menyalahi kebutuhan dasar manusia, melainkan mengarahkannya kepada jalan yang lebih baik.
Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam selalu menuntun manusia sesuai dengan fitrahnya, tidak memberatkan, tetapi tetap memberikan tantangan untuk meningkatkan ketakwaan.
3. Alqur’an Memberantas Kemusyrikan
Sebelum datangnya Islam, dunia dipenuhi dengan penyembahan kepada selain Allah. Di Persia, orang-orang menyembah api. Di Asia, animisme dan dinamisme berkembang luas. Banyak orang menyembah dewa dan benda-benda.
Namun, Alqur’an datang untuk membebaskan manusia dari belenggu kemusyrikan. Allah menegaskan:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’." (QS. An-Nahl: 36)
Pesan utama Islam adalah tauhid, yaitu meyakini bahwa hanya Allah yang layak disembah. Islam datang sebagai cahaya yang menghapus kejahiliyahan dan membawa manusia kepada jalan yang benar.
4. Alqur’an Membebaskan Manusia dari Kebodohan
Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah ? adalah perintah membaca:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan." (QS. Al-‘Alaq: 1)
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Allah tidak hanya menurunkan ayat-ayat dalam bentuk tulisan (ayat qauliyah), tetapi juga dalam bentuk ciptaan-Nya di alam semesta (ayat kauniyah).
Misalnya, laut adalah tanda kebesaran Allah yang bisa dipelajari melalui ilmu oseanografi, dan bumi bisa dibaca dengan ilmu geologi. Pengetahuan yang diperoleh dari alam seharusnya mengantarkan manusia kepada pengakuan terhadap kebesaran Allah.
5. Islam Mengajarkan Persaudaraan Antarbangsa
Ketika Islam datang, dunia telah dipenuhi oleh berbagai suku dan bangsa. Allah menegaskan bahwa perbedaan ini bukanlah alasan untuk saling bermusuhan, melainkan untuk saling mengenal dan bekerja sama.
"Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal..." (QS. Al-Hujurat: 13)
Di Madinah, Nabi Muhammad ? membangun masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok: bangsa Arab, Persia, Romawi, Yahudi, dan lain-lain. Ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan toleransi dan pemahaman antarbangsa.
Di Indonesia, kita memiliki ratusan suku dan budaya yang berbeda. Namun, Islam mengajarkan kita untuk tetap bersatu dalam bingkai NKRI, tidak terpecah belah oleh perbedaan, sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi ? di Madinah.
Alqur’an adalah petunjuk hidup yang sempurna. Ia mengajarkan kita tentang: Keasliannya yang tetap terjaga dan tidak bisa ditandingi oleh manusia; Kesesuaiannya dengan fitrah manusia, termasuk dalam ajaran puasa; Kekuatan untuk memberantas kemusyrikan dan membawa manusia kepada tauhid; Dorongannya untuk membebaskan manusia dari kebodohan melalui ilmu pengetahuan; Pentingnya persaudaraan antarbangsa, sebagaimana yang diajarkan di Madinah.
Sebagai umat Islam, kita harus menjadikan Alqur’an sebagai pedoman utama dalam kehidupan kita. Apalagi di bulan Ramadan ini, di mana Alqur’an diturunkan, marilah kita semakin mendekatkan diri kepada kitab suci ini dengan membacanya, memahaminya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba yang selalu berpegang teguh pada Alqur’an dan menjadikannya cahaya dalam kehidupan kita. Aamiin. (*)