Renungan Ramadan: Bulan Perlombaan Ibadah

Renungan Ramadan:
Bulan Perlombaan Ibadah

IBADAH. Dr Abdul Wahid (insert) ketika membawakan ceramah tarwih, Senin, 03 Maret 2025 di Masjid Agung Syekh Yusuf, Kab. Gowa.


SUNGGUMINASA, GOWAMEDIA.COM - Pada malam keempat Ramadan, Senin, 03 Maret 2025, jemaah Masjid Agung Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa, mendapat tausiah dari Dr. H. Abdul Wahid, M.A., yang menyampaikan ceramah tarawih bertema: "Meningkatkan kualitas ibadah dengan kesabaran". 

Menurutnya, Ramadan adalah bulan perlombaan bagi umat Rasulullah SAW dalam meningkatkan kualitas ibadah. Harus kuantitas dan kualitasnya lebih tinggi.

"Jika kualitas ibadah kita di Ramadan ini masih sama seperti tahun lalu atau bahkan menurun, maka kita adalah orang yang merugi," ujarnya lantang di hadapan ratusan jemaah yang memenuhi masjid.

Dalam ceramahnya, Abd Wahid mengingatkan bahwa tidak semua orang yang bertemu Ramadan otomatis mendapatkan ampunan. Ada tiga golongan yang tetap tidak diampuni meskipun menjalani bulan suci ini. Salah satunya adalah mereka yang tidak mengalami peningkatan dalam ibadahnya.

"Ramadan berasal dari kata ‘Arramdu’ yang berarti pembakar. Bagi orang Arab dahulu, Ramadan adalah masa ekstrem yang membuat tenggorokan mereka terasa terbakar. Namun Ketika Islam datang, Ramadan berubah makna menjadi pembakar dosa," jelasnya.

Untuk menggambarkan hal ini, ustad Abdul Wahid mengibaratkan Ramadan seperti cairan pencuci piring di dapur. "Sunlight yang ada di dapur ibu-ibu tidak akan membersihkan alat makan jika tidak digunakan dengan baik. Begitu pula Ramadan, jika kita tidak memanfaatkannya dengan maksimal, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa," tegasnya.

Itu sebabnya dia menekankan kepada Jemaah betapa besar pahala ibadah di bulan Ramadan. Setiap kebaikan, lanjut dia, minimal dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Membaca satu huruf dari Alqur'an saja setara dengan 700 pahala. Bahkan, satu salat sunah di bulan Ramadan nilainya sama dengan salat wajib di luar Ramadan.

"Bayangkan jika ibadah kita bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, maka pahalanya lebih baik dari seribu bulan!" tambahnya.

Karena itu, dia mengajak jemaah untuk fokus meningkatkan ibadah sunah selama Ramadan. Beberapa ibadah yang hanya ada di Ramadan, seperti salat tarawih dan witir, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Menurut Abdul Wahid, salah satu amalan sederhana dengan ganjaran luar biasa adalah salat berjemaah setelah Subuh, lalu berzikir hingga masuk waktu syuruq, dan ditutup dengan salat sunah dua rakaat. "Pahalanya setara dengan umrah," ungkapnya.

Bagi kaum perempuan, beliau juga menegaskan bahwa wanita juga bisa meningkatkan ibadah di masjid, jika merasa aman dan tidak menimbulkan fitnah.

Di akhir ceramahnya, Abdul Wahid mengingatkan tentang keutamaan salat sunah rawatib yang berjumlah 12 rakaat, yang mengikuti salat wajib lima waktu setiap harinya.(*)