Raker Perdana MR KAHMI UINAM: Dari Hujan Yang Menunda, Sarabba, Hingga Ikan Bakar Dua Babak

Raker Perdana MR KAHMI UINAM: Dari Hujan yang Menunda, Sarabba, hingga Ikan Bakar Dua Babak


MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM - Minggu pagi, 26 Oktober, langit Tanjung Bayang tampak masih berawan. Jejak hujan semalam belum sepenuhnya kering. Namun di antara angin laut yang lembut, semangat para pengurus Majelis Rayon Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (MR KAHMI UINAM) justru tengah menghangat. 

Mereka berkumpul menggelar rapat kerja perdana sekaligus memperingati Milad KAHMI ke-59 — sebuah momentum pembuka bagi periode kepengurusan 2025–2030 yang berlangsung dalam suasana penuh tawa, kebersamaan, dan aroma ikan bakar.

Sehari sebelumnya, Sabtu malam (25/10), sebagian pengurus sudah tiba lebih awal. Rencananya malam itu diisi dengan pembahasan agenda kerja agar keesokan harinya bisa lebih santai. Namun rencana tinggal rencana. Hujan deras yang mengguyur Kota Anging Mammiri membuat sejumlah pengurus terjebak di jalan. 

Padahal, panitia sudah menyiapkan sarabba panas yang mengepul di teko besar, ditemani pisang dan ubi goreng. Akhirnya, diskusi proker ditunda, berganti dengan obrolan ringan yang tak kalah hangat dari sarabba yang tersaji.

"Tapi saya tidak bisa tidur. Anak-anak muda di sebelah rumah terlalu rebut sampai tengah malam," sesal Dr. H. Mohamad Harjum, M.Ag. dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) UIN Alauddin Makassar. 

Beberapa koordinator bidang yang dihubungi via WA, juga tidak sempat bergabung. Ada yang kurang sehat, ada juga yang bersamaan dengan agenda lainnya. 

Namun demikian, agenda tetap berjalan, meski beberapa kali tempat dan waktunya bergeser ditambah banyak yang berhalangan hadir. 

Panitia menyiapkan banyak makanan dan aneka macam kue. Selain itu, beberapa pengurus pun membawa kue. Sehingga kue melimpah ruah.

**

Pagi hari di Tanjung Bayang selalu punya cara memulihkan semangat. Setelah mandi-mandi di pantai, sarapan dilanjutkan dengan ngopi dan ngeteh santai. Sarabba  sisa semalam pun kembali menghangatkan suasana. 

Panitia mulai sibuk menyiapkan peralatan bakar ikan, sementara meja-meja perlahan penuh dengan aneka kue bawaan para pengurus. Kue melimpah ruah, seolah menggambarkan betapa raker kali ini lebih menyerupai piknik keluarga ketimbang rapat resmi.

Sekitar pukul 09.30, bara api mulai menyala. Ikan-ikan sekeranjang besar yang siap dibakar, tetap segar meski terlambat tiba di lokasi. Sementara beberapa pengurus menunggu Jusmiati dan Asmawati yang membawa sayur dan cobek pedas. Tapi kabar datang: mereka tersesat di jalan. 

Untunglah di lokasi sudah ada mangga muda yang diracak-racak, cabai rawit segar yang dipetik dari pohon, serta lawi-lawi yang siap diolah. Agar tak menunggu terlalu lama, racak mangga dibagi dua versi — satu dicampur lawi-lawi, satu lagi disajikan polos dengan irisan cabai. Bagi bocah-bocah yang ikut, ikan bakar celup kecap manis jadi favorit.

Santap siang datang lebih cepat dari jadwal. Tanpa sayur dan nasi pun, ikan bakar panas-panas sudah cukup membuat semua tersenyum puas. “Ini baru pembuka,” celetuk salah satu pengurus sambil tertawa. 

Tiga puluh menit setelah perut kenyang, Jusmiati dan Asmawati akhirnya tiba—membawa bahan yang tersisa. Sayur asem dan sambal cobek buatan tangan mereka langsung diserbu, tapi kali ini ikannya sudah habis. 

Maka dimulailah babak baru: pembakaran ikan part dua. Aroma ikan bakar kembali menari di udara. Semua kembali duduk melingkar, menikmati sambal pedas yang “bikin mata merem-melek” sambil sesekali berkomentar, “kalau begini, raker bisa tiap minggu.”

Usai perut kenyang, forum beralih ke pembahasan serius. Sekretaris MR KAHMI UINAM, Dr. Yusuf Tahir, memimpin jalannya rapat kerja. Ketua MR KAHMI UINAM, Prof. Dr. Sabri Samin, membuka dengan ucapan penuh makna. 

“Terima kasih atas kehadiran dan kebersamaan ini. Raker bukan sekadar menyusun agenda, tapi meneguhkan kembali semangat kita menjaga silaturahmi dan membangun kekuatan kolektif,” ujarnya tenang.

Dalam suasana santai tapi serius, forum menyepakati enam agenda kerja: menjadwalkan silaturahmi dengan para senior setiap dua bulan, mengadakan peringatan hari besar Islam dan Milad KAHMI, menerbitkan "Buku Jejak Sejarah KAHMI UINAM", memperkuat dukungan karier akademik dan promosi kader, memperluas publikasi kegiatan dan gagasan alumni, serta menetapkan iuran sukarela pengurus sebesar Rp10.000 per bulan.

“Yang penting bukan banyaknya program, tapi konsistensi kita menjaganya,” ujar Prof. Sabri, yang juga mantan Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. 

Ia menutup pembicaraan dengan harapan agar MR KAHMI UINAM terus menjadi rumah hangat bagi para alumninya, sekaligus penjaga semangat kaderisasi HMI di kampus hijau itu.

Dia juga berharap komunikasi dengan adik-adik Komisariat HMI bisa lebih baik. "Terus terang, kurang lebih 10 tahun terakhir saya tidak tahu dimana mereka. Tidak ada lagi yang pernah datang ke saya minta bantuan penyelenggaraan bastra atau sekadar berdiskusi," kenangnya.

Menjelang sore, suasana kembali cair. Tawa menggema di antara sisa bara api dan gelas teh yang mulai dingin. Tak ada yang terburu-buru pulang. Raker ini mungkin sederhana, tapi justru di situlah nilainya. 

Dari hujan yang menunda, sarabba yang menghangat, hingga ikan bakar yang harus dibakar dua ronde— semua menjadi simbol kecil tentang ketulusan, kekeluargaan, dan semangat kebersamaan yang tak lekang oleh waktu. 

Dan di tepi pantai siang itu, KAHMI UINAM seakan memulai babak baru dalam kebersamaan yang sesungguhnya — diiringi tawa, angin laut, dan aroma ikan bakar yang masih tersisa di udara. (*)