KAHMI Butuh Kembangkan Konflik Gagasan, Ini Alasannya

KAHMI Butuh Kembangkan Konflik Gagasan, Ini Alasannya

Para peserta Rakor KAHMI Sulsel sesaat setelah penutupan.


MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM - Eksistensi  Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ke depan adalah bagaimana memupuk konflik gagasan dan pemikiran agar KAHMI menjadi dinamisator perdamaian, terutama jelang pilkada. 

Demikian penegasan Koordinator Presidium ( Korpres) MW KAHMI Sulsel, Ni'matullah Erbe, saat membuka Rapat Koordinasi (Rakor) MW KAHMI di Swiss-belhotel Panakkukang, Sabtu (21/9) siang. 

Dengan lantang, Ni'matullah mengingatkan, KAHMI menjadi wadah berkumpulnya orang-orang hebat dengan latar belakang yang berbeda. Maka ber-KAHMI, menurut Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel ini, bukan persoalan suka atau tidak suka terhadap sesuatu atau seseorang, merasa nyaman atau tidak nyaman, mendapat sesuatu atau tidak mendapat sesuatu. 

"Konflik yang perlu ada di KAHMI adalah konflik soal gagasan dan pemikiran. Memang kita tidak punya senjata, tapi KAHMI harus hadir menjadi dinamisator yang baik bagi tumbuhnya perdamaian, " tegas Wakil Ketua DPRD Sulsel ini. 

Dengan konflik gagasan dan pemikiran yang ditumbuhkembangkan di KAHMI, kata Ni'matullah, maka pertanyaan yang akan muncul, bukan lagi pada area, seberapa banyak uang yang disiapkan seorang calon bupati atau gubernur, tapi, menjadi pertanyaan besar, adakah otaknya itu yang mau menjadi kepala daerah? 

Pernyataan Ni'matullah disambut tepuk tangan riuh dari peserta rakor dari pengurus KAHMI berbagai daerah. 

Usai memberikan sambutan singkat tapi padat makna, sekaligus membuka rakor secara resmi, dilanjutkan dengan sesi diskusi tentang peran KAHMI menyambut pilkada serentak. 

Hadir sebagai narasumber, Ketua KPU Sulsel, Hasbullah, Ketua Bawaslu Sulsel diwakili Divisi Humas dan Datin, Alamsyah, dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas, Prof Dr Phil Sukri. 

Menurut Ketua KPU Sulsel, peran KAHMI sangat strategis dan dibutuhkan dalam membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Kalau KAHMI masih bertahan, maka republik ini juga masih eksis. Di KAHMI, katanya, di ruang diskusinya demokrasi  menjadi hidup dan kuat. 

"Kita punya civil society yang kuat. Kita memiliki atlas dan budaya yang baik. Budaya KAHMI  di Sulsel cenderung lebih adem," nilai Hasbullah. 

Terkait dengan pilkada serentak yang akan digelar pada bulan November, maka KAHMI sebagai tempat berkumpulnya orang-orang cerdas agar tetap menumbuhsuburkan diskusi di ruang-ruang publik sebagai hal urgen. (gm)