Amri Arsyid Menjumpai 34 Calon Wali Kota Tandingannya

WALI KOTA. Amri Arsyid, salah satu dari empat calon Wali Kota Makassar, ketika tampil sebagai pembicara pada Launching Buku "Jika Saya Menjadi Wali Kota Makassar" di Hotel Alauddin, Ahad, 13/10/2024. (foto: mm)
MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM-Setelah sekian lama dalam penantian, calon walikota Makassar, Muhammad Amri Arsyid, akhirnya berjumpa dan silaturahmi dengan 34 calon walikota tandingannya.
34 calon walikota tandingan ini, adalah penulis buku "Jika Saya Menjadi Walikota Makassar". Sekaligus Launching buku bertajuk "Mengutui Isi Kepala Calon Walikota"
Perjumpaan antara calon walikota sungguhan dengan calon walikota bayangan, dipusatkan di Sultan Alauddin Hotel & Convention, Jl. Sultan Alauddin Makassar, Ahad, 13 Oktober 2024 sore.
Sejatinya, acara berlangsung setelah salat dhuhur didahuli makan siang bersama. Namun, calon wali kota mulor dari waktu yang telah ditetapkan panitia, karena padatnya agenda sosialisasi.
Acara baru bisa dibuka saat shalawat jelang ashar berkumandang di masjid.
Didahului pembacaan puisi "Sajadah Walikota" oleh Amir Jaya. Setelah itu, Arwan D. Awing selaku host, menunda sementara acara untuk melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dua hotel.
Sekira 15 menit kemudian, acara dibuka kembali. Namun, sebelum Amri bicara, host mengundang Syahril Rani Daeng Nassa membacakan puisi: "Punna Nakke Walikota".
Amri Arsyid membuka pembicaraan tentang mengapa dirinya nekat bertarung di pilwakot Makassar.
Dia mengutip Alquran surah At-Taubah ayat 128. Terjemahannya: sungguh telah datang kepadamu seorang Rasulullah dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.
"Inilah alasan paling mendasar, yang mengilhami, mengapa saya maju sebagai calon walikota," terang Amri yang sesekali tertawa santai.
Tidak ada karakter yang paling kuat dari seorang pemimpin, sebagaimana dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW. Bahwa, apa yang menjadi kesusahan ummatnya, maka itu menjadi beban dirinya. Hingga, Sang Nabi di akhir hayatnya, masih menyebut ummatku, ummatku, ummatku.
"Betapa, pemimpin itu adalah penjaga bagi ummatnya. Memberikan perlindungan dan kasih sayang," jelas Amri yang tampil kasual dengan baju kaos hitam.
Seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa seni, lanjutnya. Sebab, dengan memiliki jiwa seni akan melahirkan sifat lembut dan penyayang. Bila jiwa seni hilang, maka hilang pula kelembutan itu. Padahal, hati yang lembut akan melahirkan cinta. Cinta pada Makassar, misalnya.
Menurut. Amri, terpenting dalam membangun Makassar adalah memperbaiki pendidikan karakter.
"Kalau ada yang perlu diperbaiki, maka perbaikilah manusianya. Berikanlah pendidikan karakter yang baik agar masyarakat tetap memiliki karakter kuat, budaya, sopan santun yang kuat," urainya.
Dia pun mengambil contoh, bagaimana Jerman yang begitu maju dengan gedung pencakar langitnya. Dibanggakan, dipuji sebagai sebuah keberhasilan.
"Namun, ironisnya, anak perempuan saya yang studi di sana, dilempari bekas minuman oleh seseorang yang lewat, yang tak dikenalinya. Apakah ini bisa kita katakan kemajuan suatu kota tapi tidak beradab?"
Amri amat mengapresiasi, memuji dan mengagumi 34 penulis buku "Jika Saya Menjadi Walikota Makassar".
Dari buku ini, katanya, lahir banyak ide dan amat disayangkan bila calon walikota Makassar tidak membaca buku tersebut.
Rahman Rumaday penggagas buku tersebut sekaligus sebagai Founder Komunitas Anak Pelangi (K-apel), turut menjelaskan mengapa ide itu lahir.
"Buku ini lahir bukan karena ada unsur politik di dalamnya. Ide ini muncul ketika ketemu seorang kawan dan bercerita tentang tiang listrik, pepohonan dihiasi oleh baliho-baliho, spanduk yang merusak pohon dan mengotori kota," ujar Rahman saat memberi sambutan.
Atas dasar inilah, muncul ide untuk mengumpulkan penulis, menuangkan pokok-pokok pikirannya, jika seandainya menjadi walikota Makassar.
Buku ini, lanjut Rahman, boleh dibilang sebagai kitab mantra pembagunan Makassar. Buku yang ditulis 34 penulis dari berbagai latar belakang profesi.
"Mudah-mudahan, bila Pak Amri terpilih, bisa menjadikan buku ini sebagai kitab atau mantranya. Karena apa yang dibutuhkan, sudah ada semua dalam buku ini," harap Maman.(mm/gm)