Ada Belatung Di Nampan MBG Siswa, Aliansi Masyarakat BTP Desak Evaluasi SPPG

MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM — Program Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satu inisiatif unggulan Presiden Prabowo Subianto, kembali menjadi perbincangan hangat setelah seorang siswa SMA Negeri 21 Makassar menemukan belatung hidup di dalam nampan stainless steel yang digunakan untuk menyajikan makanan pada Senin, 22 September 2025.
Nampan bersekat (compartment tray) yang seharusnya menyuguhkan makanan sehat justru menampilkan pemandangan yang memicu keprihatinan mendalam. Rekaman video temuan itu viral di TikTok, memicu respons emosional dari masyarakat, khususnya para orangtua.
Kejadian ini memperkuat kekhawatiran publik terkait mutu dan keamanan makanan yang disediakan melalui program MBG. Para orangtua menilai, alih-alih memberikan gizi bagi anak-anak sekolah, makanan yang disajikan justru mengandung risiko kesehatan yang nyata. Kekecewaan kian dalam karena program yang dirancang untuk mendukung generasi muda malah menuai kritik akibat kurangnya pengawasan kualitas.
Temuan seperti ini bukan kali pertama terjadi. Dalam beberapa bulan terakhir, laporan mengenai makanan MBG yang tidak layak konsumsi muncul dari berbagai daerah. Beberapa di antaranya bahkan mengakibatkan keracunan massal di kalangan siswa sekolah dasar dan menengah. Kasus-kasus tersebut menimbulkan pertanyaan serius mengenai standar dapur produksi dan sistem distribusi makanan yang digunakan dalam program ini.
Di Makassar, peringatan serupa pernah disampaikan sebelumnya. Pada 12 September 2025, Aliansi Masyarakat BTP yang diketuai Muh Ikhsan telah memberikan peringatan keras kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Tamalanrea. Peringatan itu dilayangkan setelah ditemukan makanan dalam kondisi lembek dan telur berwarna biru yang disajikan kepada siswa. Saat itu, pihak SPPG berjanji akan memperbaiki kualitas dapur produksi.
Namun, janji tersebut tampaknya belum terwujud. Temuan terbaru berupa belatung yang menggeliat di atas nampan makan siswa menunjukkan bahwa masalah kualitas masih menjadi persoalan serius. Aliansi Masyarakat BTP menilai ada kelalaian yang tak bisa ditoleransi, dan menyebut kondisi ini bisa membahayakan keselamatan anak-anak sekolah.
“Ini bukan hanya soal kualitas makanan, tapi soal komitmen terhadap masa depan anak bangsa. Program ini didanai dengan anggaran sangat besar, tapi realisasi di lapangan justru mengecewakan,” ujar Muh Ikhsan, Selasa malam, 23 September.
Selain soal mutu, Aliansi Masyarakat BTP juga mengungkap dugaan adanya dukungan politik terhadap dapur MBG di wilayah Sulawesi Selatan. Mereka menyebut, beberapa anggota DPRD Provinsi justru terlibat mendukung keberadaan dapur MBG alih-alih menjalankan fungsi pengawasan.
“Fungsi legislatif adalah mengawasi, bukan membackup. Ketika pengawasan abai, maka dampaknya langsung ke rakyat, terutama anak-anak kita,” jelas Ikhsan.
Keluhan juga datang dari para siswa. Muhammad Ali, salah satu pelajar di SMA Negeri 21 Makassar, mengaku hanya sekali menyantap makanan MBG selama dua pekan terakhir. Ia menyebut makanan tersebut tidak memiliki rasa maupun aroma yang menggugah selera, sehingga ia enggan untuk melanjutkan konsumsi.
Menanggapi situasi ini, Aliansi Masyarakat BTP menyatakan akan menggelar aksi damai pada Kamis, 25 September 2025. Mereka mengusung dua tuntutan utama: penyegelan dapur produksi MBG di Kecamatan Tamalanrea dan penghentian sementara distribusi makanan yang tidak memenuhi standar kelayakan.
Ikhsan menilai, program MBG memang digagas dengan semangat mulia, namun tanpa pengawasan dan akuntabilitas yang kuat, tujuan baik bisa tergelincir.
"Yang dibutuhkan bukan sekadar janji perbaikan, melainkan perubahan nyata yang menjamin setiap siswa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan layak — disajikan bukan dengan kekhawatiran, tetapi dengan keyakinan," tutup Ikhsan.(*)