Forhati Sulsel Minta Kohati UINAM Proaktif Dukung Gerakan Perempuan Di Sulsel

Forhati Sulsel Minta Kohati UINAM Proaktif Dukung Gerakan Perempuan di Sulsel

MATERI. Suasana kegiatan Kohati Inklusif Camp (KIC) yang diselenggarakan Kohati HMI Komisariat Adab & Humaniora UIN Alauddin di Pulau Laelae.

 

PULAU LAELAE, GOWAMEDIA.COMKorps HMI-Wati (Kohati) Komisariat Adab dan Humaniora UIN Alauddin diharapkan dapat mendukung dan memperkuat gerakan-gerakan perempuan di Sulawesi Selatan. Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Forum Alumni HMI-Wati (Forhati) Sulsel, Muliaty Mastura Yusuf, saat memberikan materi dalam kegiatan Kohati Inklusif Camp (KIC) bertajuk "Arah Pembinaan dan Posisi Strategis Kohati sebagai Kontributor Pembaruan" di Pulau Laelae, Ahad (29/9/2024).

Muliaty menekankan bahwa Kohati tidak hanya perlu mensupport, tetapi juga membangun jejaring dengan organisasi-organisasi perempuan di Sulsel. "Kohati Adab, selain mensupport, sebaiknya juga membangun jaringan dengan organisasi gerakan-gerakan perempuan di Sulsel untuk lebih menguatkan eksistensi dan tindakan yang berkesinambungan," ujarnya.

Menurutnya, gerakan perempuan perlu fokus pada isu-isu strategis yang menimpa kaum perempuan, seperti kasus pelecehan seksual dan perdagangan manusia. "Seperti banyaknya kasus pelecehan seksual, pekerja perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia. Awalnya mereka ditawarkan pekerjaan, tapi ujung-ujungnya hanya dieksploitasi seksual. Belum lagi hak-hak cuti melahirkan yang belum sepenuhnya dilaksanakan perusahaan," tegasnya.

Selain itu, mantan wartawati Harian Fajar dan Harian Berita Kota Makassar ini, menekankan pentingnya memperjuangkan hak-hak perempuan, termasuk mendapatkan pekerjaan, pendidikan yang setara, hak setara di ruang publik dan politik, serta hak-hak lainnya.

"Semakin banyak gerakan perempuan yang konsen terhadap persoalan perempuan, maka makin bertambah kuantitas masyarakat perempuan yang paham atas hak-haknya dan sadar terhadap jati dirinya," jelas dia.

Dalam konteks ini, Kohati Adab diharapkan dapat berperan sebagai pionir dalam memperkuat gerakan perempuan di Sulsel. Muliaty bilang, Kohati Adab harus ada di segmen ini sebagai pionir, paling tidak dapat membangun jejaring dengan gerakan-gerakan perempuan yang telah ada, semisal Forum Pemerhati Masalah Perempuan Sulsel.

“Salah satu ciri khas perjuangan Kohati adalah menghadirkan perspektif Islam dalam gerakan perempuan. Islam sangat menghargai hak-hak perempuan dan mendorong keadilan gender dalam berbagai aspek kehidupan,” tegas Muliaty.

Itulah sebabnya mengapa edukasi, advokasi, dan pelatihan bagi kaum perempuan harus terus digalakkan, lanjut alumni Fakultas Adab ini, tidak lain untuk meningkatkan kualitas individu perempuan, agar mereka nantinya bisa tampil di publik dengan kualitas yang baik pula dan menjadi terdepan ketika terjun di dunia politik dan peran-peran lainnya. Bukan hanya terfokus pada urusan domestik.

“Tapi jangan sampai lupa, libatkan media dalam mendukung gerakan perempuan, karena media mampu menyebarkan informasi lebih luas dan memberikan dampak perubahan yang kuat.”

Ketua Kohati Adab, Rahmawati Azis, mengungkapkan tujuan dari KIC yang berlangsung selama tiga hari, mulai 27 hingga 29 September 2024, selain sebagai wadah silaturahmi antar-pengurus, juga sebagai persiapan peserta untuk mengikuti Latihan Keterampilan Kohati (LKK). (gm)